Sabtu, 09 Januari 2016

Ngrancah, Desa Wisata dan Edukasi Perkebunan Kopi di Grabag Magelang



Tepat di tanggal 1 Januari 2016,  kami ( saya , ryan, hamid , agam dan adhi ) sepakat untuk jalan – jalan ke kawasan Ngrancah , daerah perkebunan kopi yang konon sudah ada sejak jaman kolonial. Bermula dari ajakan mas Novo mengunjungi Mesastilla , hotel resort yang mempunyai kebun kopi peninggalan jaman kolonial lengkap dengan rumah kunonya, mengulik sejarah kebun kopi masa kolonial dan mencari jejak - jejak bangunan tempat tinggal orang – orang Belanda. Tetapi berhubung akhir tahun dan week end dimana biasanya hotel banyak pengunjung, sang GM Mesastilla menyediakan waktu bertemu di hari senin. What ??? senin kita mulai kerja lagi dan keputusan akhirnya batal mengunjungi Mesastilla tapi kami tetap akan jelajah kebun kopi, masih disekitaran Mesastilla yaitu di Desa Ngrancah. Oh ya sebetulnya masih ada teman kami yang ingin ikut, yaitu Gusta , tetapi berhubung terjebak hujan di Sleman, akhirnya minta ditinggal saja, sementara mas Novo juga ada keperluan di Solo.

Seperti biasa tempat kumpul di Taman Monumen A. Yani Badaan , jam 8:30 saya , Ryan , Agam dan Adhi meluncur menelusuri jalur jalan Magelang – Semarang , sementara Hamid menunggu di pertigaan menuju Mesastilla di daerah Pingit. Akhirnya kamipun bertemu di pertigaan jalan tersebut, photo – photo sebentar langsung  lanjut perjalanan . Dari pertigaan tersebut, jalannya menurun dan kemudian menanjak agak belok, disisi kanan terlihat tembok panjang dan ternyata itu tembok Hotel Mesastilla. Kami berhenti untuk sekedar photo di gerbang hotel. Ini yang menarik karena di kiri dan kanan jalan ini tumbuh pohon besar yang tertata rapi, disini terlihat ada kebun kopi ( sisi kiri ) dan bangunan  ( sisi kanan ) . Lanjut jalan di depan gerbang tengah terlihat banyak mobil dan o la la itu di tanjakan dalam gerbang terlihat bangunan warna krem yang saya kenal lewat photo saja, ya bangunan cantik bekas Stasiun Mayong yang dijadikan recepsionis . Maunya photo – photo disitu dulu, apa daya banyak driver dan security di tempat itu yang membuat kami sungkan dan melanjutkan perjalanan, sedangkan di gerbang ke tiga terlihat ada bagunan seperti gudang dan kebun kopi.

MesaStila Resort and Spa Retreat


Gerbang resort sisi barat 




berasa di Europe


Kami terus saja memacu motor naik mengikuti jalan hingga mentok di pertigaan, belok kanan dan saya langsung tanya penduduk jalan arah Ngrancah ( ini antisipasi sok tau jalan daripada nyasar ) , Setelah diberi ancer – ancer ( dan gampang ) kami teruskan perjalanan dan akhirnya sampailah di gerbang Desa Ngrancah dan disambut sangat meriah oleh rintik – rintik kecil air .dan kami memutuskan untuk mencari warung kopi.

 “ Desa Ngrancah awalnya merupakan tempat pengungsian prajurit yang bernama Rejodipuro pada jaman Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Sekitaran tahun 1873 beliau sering dikejar – kejat pasukan kompeni Belanda dan akhirnya beliau menetap dan memberi nama Desa Ngrancah "  http://ngrancahmagelang.blogspot.co.id/p/home.html.

Begitu memasuki gerbang desa, hidung saya langsung mencium harumnya aroma biji kopi yang sedang digoreng , sementara saya tengok kiri kanan nyari warung kopi tapi tidak ada dan gerimis semakin deras. Akhirnya balik ke musholla untuk berteduh. Saya lihat di rumah depan musholla ada sepasang suami istri yang sedang bekerja diteras samping, segera saya datangi dan bertanya dimanakah ada warung kopi ? ..wah ibu dan bapaknya kompak menjawab tidak ada, sayapun kemudian bercerita tentang maksud kedatangan kami.  Bapak dan Ibu tersebut akhirnya bergantian bercerita tentang desa Ngrancah yang memang sudah di jadikan sebagai Desa Wisata Perkebunan Kopi. Saya juga iseng tanya sedang mengerjakan apa, karena saya lihat banyak potongan lembaran kayu tipis yang sedang disusun di meja kotak panjang. Ternyata sebagian warga di desa ini mempunyai pekerjaan sambilan merekatkan potongan – potongan lembaran kayu itu yang nantinya akan dijadikan Triplek . wah baru tau ini …dan senangnya kami adalah ibu tersebut mempersilahkan kami untuk beristirahat di rumahnya dan akan membuatkan  kopi. Bukannya kami menolak bu, tapi kami akan segera ke tempat Pak Hari ketua perkumpulan petani kopi disini seperti yang bapak sarankan agar menggali informasi disana,.mumpung gerimis juga sudah agak reda. 

 Gerbang Desa Ngrancah


Rumah warga


rumah atap joglo



Pemandangan menuju Desa Ngrancah


Akhirnya kami menemukan rumah Pak Hari, dan bertemu beliau. Setelah berkenalan kami mulai ngobrol – ngobrol tentang Desa Ngrancah . Dari cerita Pak Hari memang desa ini baru saja dikembangkan menjadi desa wisata , terutama untuk perkebunan kopi. Ketika saya tanya sejak kapan perkebunan kopi ini ada, dijawab sejak jaman dahulu, turun temurun. Saya pancing mengenai orang Belanda yang mempunyai kebun kopi seperti yang saya baca di blog, tapi ternyata tidak tau ( atau masih dirahasikan ? ), juga kemungkinan ada rumah – rumah kuno yang dulu didiami warga Belanda , seperti di Mesastilla, lagi – lagi tidak mengerti karena belum lahir ..hahahahahaha…( sepertinya harus tanya sesepuh desa ini ). Saat ini diperkirakan luas kebun kopi di desa Ngrancah sekitar 800 hektar.

Yang dinanti - nantipun akhirnya muncul juga, suguhan kopi dan ampyang. Kamipun tersenyum lebar dan bersorak dalam hati dan tak lupa berkata aduhhh dados ngrepoti  Setelah dipersilahkan untuk diminum, kami segera meraih gelas, membuka tutupnya dan kompak mencium aroma kopinya dahulu, wah harum sekali, satu tegukan dan kecap – kecap untuk merasakan sensasi rasanya , enak dan kata Ryan sang master kopi memang ada rasa khas , bisa jadi karena iklim, tanah dan juga karena ada pohon coklatnya. Dari keterangan Pak Hari, jenis kopi yang ditanam di Ngrancah ini adalah kopi jenis robusta dan keunggulan kopi Ngrancah ini adalah karena dirawat menggunakan pupuk organik , juga pilihan biji kopi yang benar – benar matang dan diolah secara tradisional. Yang menggembirakan ternyata ada perhatian dari Pemkab Magelang yang melihat potensi wisata desa ini dengan memberikan bantuan berupa gedung beserta alat – alatnya. Digedung ini nantinya bisa dilihat pemrosesan kopi dari awal sampai dikemas, juga menjadi tempat memajang / showroom kopi kemasan juga makanan  lainnya. 


Kopi Murni Tri Tunggal produksi kopi warga 

Kebun kopi di pekarangan rumah


Ide menjadikan kebun kopi sebagai tempat wisata ini memang dari warga sendiri, sehingga pengelolaannya pun juga dilakukan oleh warga. Dari Informasi Pak Hari maupun bapak ( ahhh  saya lupa tidak menanyakan namanya, maaf sekali pak , Insya Allah kalo kesana mampir lagi dan kenalan, tidak sekedar tanya  ) kalo hari minggu kadang ada rombongan pengendara sepeda motor trail yang blusuk ke pegunungan maupun perkebunan.. Desa yang berada di ketinggian antara 600 -  1.200 mdpl ini  memang sangat sejuk cenderung dingin. Dan bukit di belakang desa dengan pohon pinusnya seakan mengundang untuk mendaki ke puncaknya. Kalau tidak salah jejeran bukit diwilayah ini antara lain ada Gunung Ngrancah dan Gunung Kelir ( CMIIW ) .  Di Gunung Ngrancah sendiri selain ada perkebunan kopi juga pohon – pohon lainnya termasuk pohon pinus yang saya lihat di puncak. Konon di dalam hutannya ada sumber mata air / sendang .

Potensi lain dari Ngrancah adalah gula aren, ampyang dan juga ternak madu yang saat ini masih proses. Ampyang dari Ngrancah ini dibuat dari gula aren dan kacang pilihan sehingga rasanya benar – benar enak , lain dengan ampyang gula jawa. Selain warnanya lebih hitam ketika digigit juga empuk dan lumer halus dimulut, beda dengan ampyang gula jawa yang ketika dimulut lumer mrengkel ada butiran – butiran kecilnya. Peternakan lebah madu saat ini sedang dirintis mengingat ketersediaan makanan bagi lebah sangat banyak tersedia di sini. Pembibitan dan penanaman pohon aren saat ini juga sudah mulai dilakukan.agar nantinya bahan baku pembuatan gula aren maupun ampyang ini bisa mudah tersedia.

 Ampyang gula aren...lumer dimulut

Sepulang dari masjid desa untuk melaksanakan sholat Jum’at , obrolan kami lanjutkan. Ryan memperlihatkan photo lama tentang bangunan gudang kopi Ngrancak dengan latar belakang bukit . Lagi – lagi Pak Hadi tidak mengetahui mengenai bangunan tersebut dan menduga kemungkinan itu bangunan di Mesastilla atau Ngrancak / Ngrancah di daerah lain. Tetapi Pak Hari yakin kalo bukit di photo tersebut adalah bukit di desanya karena beliau sangat mengenal dengan bentuk bukit tersebut. Akhirnya karena sudah siang kami berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Sebelum pulang sempat photo – photo dan Pak Hari  sekali lagi mengundang kami dan teman – teman lainnya jika berminat bisa ikut di acara Jelajah Kebon Kopi pada tanggal 28 Februari 2016. Jelajah ini nantinya akan berjalan kaki menempuk jarak sekitar 7 km menelusuri perkebunan kopi dan hutan .  Semoga kalo ada waktu bisa ikut ya....


oleh - oleh dari Ngrancah


5 komentar: